Turku, Finlandia, Produksi sel sperma para pria makin
berkurang dari masa ke masa, diduga akibat peningkatan polusi yang
mencemari makanan dan lingkungan. Dampaknya tidak hanya mengurangi
kesuburan, tapi juga meningkatkan risiko kanker pada pria.
Penelitian yang dilakukan para ahli dari University of Turku
di Finlandia menunjukkan, jumlah sel sperma pria mulai berkurang sejak
akhir dekade 1970-an. Hanya dalam 10 tahun, jumlah sperma rata-rata yang
diproduksi para pria mengalami penurunan sekitar 30 persen.
Penelitian
yang dilakukan di Finlandia itu mencatat, jumlah sperma yang dihasilkan
pria kelahiran tahun 1979-1981 masih sekitar 227 juta/ml. Pria
kelahiran tahun 1982-1983 menghasilkan sperma 202 juta/ml, sementara
yang lahir di atas tahun 1983 hanya menghasilkan 165 juta/ml.
Meski
hanya dilakukan di Finlandia, hasil penelitian ini diyakini bisa
menjadi indikator kesuburan pria di seluruh dunia. Pasalnya selama ini
pria Finlandia dianggap paling 'jantan' dari sisi kesuburan, karena
produksi spermanya rata-rata lebih banyak dibanding pria lain di dunia.
Selain
mengamati produksi sperma yang makin sedikit, para peneliti juga
melihat risiko kanker pada pria yang cenderung meningkat. Dibandingkan
pada kelompok pria yang lahir di era 1950-an, kanker testis lebih banyak
menyerang pria-pria yang lahir setelah tahun 1980-an.
Para ahli
menduga, kedua hal ini disebabkan oleh polusi yang mencemari makanan dan
lingkungan. Pencemaran yang terus meningkat dari masa ke masa memicu
gangguan pada pertumbuhan janin laki-laki ketika masih berada dalam
kandungan, khususnya yang terkait dengan sistem reproduksi.
"Berkurangnya
produksi sperma dan meningkatnya risiko kanker testis terjadi
bersamaan, sehingga diduga penyebabnya adalah pencemaran yang sebenarnya
bisa dicegah," tulis Prof Jorma Toppari yang memimpin penelitian
tersebut, seperti dikutip dari BBC, Senin (7/3/2011).
Prof
Toppari menyarankan untuk menindaklanjuti temuan dengan studi
investigatif untuk mengidentifikasi polutan apa saja yang memicu
perubahan tersebut. Kelak jika sudah dipastikan penyebabnya, produksi
sperma bisa dijaga agar tidak terus berkurang pada generasi berikutnya.
(BBC)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar