Rabu, 16 Maret 2011

Bom Buku Sulit terungkap, diduga ulah Intelijen hitam

Jakarta - Pengirim 3 bom buku pada Selasa (15/3) kemarin diduga intelijen hitam. Intelijen ini ditengarai mengirim bom buku untuk memojokkan terdakwa teroris Abu Bakar Ba'asyir.
"Intelijen hitam adalah gerakan intelijen tanpa instruksi resmi atau bergerak sendiri yang ingin memojokkan kalangan tertentu, dan saya lihat yang dipojokkan adalah Abu Bakar Ba'asyir. Waktunya sedang tepat, bersamaan dengan masa sidang Ba'asyir," tutur Koordinator Indonesian Crime Analyst Forum Pusat, Mustofa B Nahrawardaya, dalam perbincangan dengan detikcom, Rabu (16/3/2011).
Dia mengimbuhkan, intelijen hitam ini tidak bergerak berdasarkan perintah resmi dari institusinya atau bergerak sendiri tanpa izin atasannya. Ada berbagai kepentingan terkait tindakan ini yakni untuk meraih massa, membangkitkan kepentingan ideologis, dan tujuan politis.
"Ketiga hal itu sangat erat kaitannya. Untuk mendapatkan politis, digunakan cara ideologis, dan untuk itu perlu dukungan massa," sambung staf ahli di DPR ini.
Dia menambahkan aktivitas intelijen sangat susah dikontrol. Sulit memantau pergerakan intelijen, karena mereka bisa bergerak sendiri-sendiri. Regulasi tidak bisa digunakan untuk membatasi pergerakan untuk memudahkan pantauan.
"Saya duga ini intelijen hitam karena pemunculannya bersamaan dengan masa sidang Ba'asyir, lalu ini kan pasca penyerangan di Cikeusik dan Temanggung. Lihat sekarang ini banyak muncul analisa yang mengarahkan ini dilakukan kelompok teroris lama yang bangkit kembali," terang Mustofa.
Munculnya intelijen hitam, sambung dia, merupakan kesalahan produk intelijen. Kesalahan itu antara lain karena represivitas menjadi tindakan yang dilakukan oleh intelijen.
"Yang saya tidak habis pikir mengapa Gegana juga datang terlambat ke Utan Kayu sehingga bom meledak duluan. Ini sangat janggal. Kalau alasannya macet, itu tidak masuk akal. Kalau saya yang pakai mobil sendiri terlambat karena macet itu wajar. Tapi ini mereka kan khusus," imbuh Mustofa.
Menurutnya, aksi intelijen hitam tersebut sulit diungkap. Namun bukan berarti tidak akan terungkap. Bisa jadi saat pemerintahan telah berganti pada 2014 mendatang akan terungkap."Sekarang susah terungkap, tapi di periode selanjutnya bisa jadi ada upaya membongkar," ucap dia.
Dugaan intelijen turut bermain dalam kasus bom buku juga disampaikan Suripto, mantan Direktur Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin). Dia menilai demikian, karena bom berskala kecil tersebut merupakan bentuk psy war yang tidak lazim dilakukan oleh kelompok teroris. Dia juga menyatakan, tindakan tersebut merupakan perbuatan liar yang sulit terkontrol.
Pada Selasa kemarin, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutanto menilai pengusutan kasus teror bom perorangan untuk Ulil Abshar Abdalla tidak mudah untuk diungkap. Sulit diprediksi kelompok mana yang melakukan aksi teror bom.
Bom buku dikirimkan pada waktu bersamaan untuk tokoh Jaringan Islam Liberal Ulil Abshar Abdalla, Kalakhar Badan Narkotika Nasional Komisaris Jenderal Gories Mere dan Ketua Umum Partai Patriot Japto S Soerjosoemarno.
Buku untuk Ulil dan Gories berjudul 'Mereka Harus Dibunuh karena Dosa-Dosa Mereka terhadap Islam dan Kaum Muslim'. Sedangkan buku untuk Japto berjudul 'Masih Adakah Pancasila?'
Bom buku untuk Ulil meledak sebelum Gegana datang. 6 Orang terluka dalam peristiwa tersebut. Bahkan salah satu korbannya adalah Kasatreskrim Polres Jakarta Timur Kompol Dodi Rahmawan yang harus kehilangan satu tangannya. Sedangkan bom buku untuk Gories dan Japto dapat dijinakkan.

(detik.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar