Jakarta -
Pemerintah menekankan, energi nuklir untuk pembangkit listrik merupakan
pilihan terakhir. Saat ini pemerintah lebih memilih pengembangan energi
alternatif lain pengganti BBM untuk listrik.
Hal ini disampaikan
oleh Menko Perekonomian Hatta Rajasa saat ditemui usai pembukaan
Rakornas II TPID tahun 2011 di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu
(16/3/2011).
"Saya hanya ingin sampaikan ada atau tidak ada gempa
di Jepang, Indonesia tempatkan nuklir pada pilihan terakhir, kalau
tidak ada energi lain. Sepanjang kita punya energi alternatif atau
campuran, itu (nuklir) letaknya di pilihan akhir, dengan tidak menutup
diri tapi itu pilihan terakhir," ujar Hatta.
Menurut Hatta, saat
ini jenis energi alternatif yang perlu dipercepat penyelesaiannya
adalah gas. Pemerintah perlu mempercepat pembangunan infrastruktur untuk
gas termasuk membangun terminal terapung di laut.
"Saya kira gas
itu harus dipercepat, kendaraan transportasi dan pribadi harus gunakan
gas, SPBG diperbanyak. Mungkin perlu insentif untuk pembelian converter,
lebih penting percepat receiving terminal, agar daerah penghasil LNG
bisa disalurkan ke daerah yang butuh. Saya tidak berpikir untuk jangka
pendek naikkan itu, supaya lebih tahan pada gejolak," ujarnya.
Tapi
yang jelas, demi menjaga kuota BBM sesuai dengan yang telah ditentukan
dalam APBN 2011 yaitu sebesar 38,5 juta kiloliter, Hatta menegaskan
perlunya pengembangan energi alternatif.
"Tidak ada jalan lain
harus turunkan BPP (Biaya Pokok Penyediaan) dengan cara energi
alternatif dikembangkan jangan tergantung BBM, percepat batubara, PLTN,
dan geothermal. Itu saja kok," tegasnya.
(detik.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar