Minggu, 20 Mei 2012

Bangkit melawan korupsi

Kalau kita menenggok sejarah lahirnya kebangkitan nasional pada 1908 disebabkan oleh munculnya kaum terpelajar dan intelektual dalam membangkitkan semangat perjuangan.Sejarah bangkitnya perlawanan harus di maknai sekarang sebagai gerakan perlawanan untuk melawan korupsi, nasionalisme yang sudah pupus, dan cinta NKRI seutuhnya. Tokoh-tokoh pergerakan nasional yang menjadi penggerak munculnya organisasi-organisasi modern pada masa itu, seperti Dr. Wahidin Sudirohusodo, dr. Sutomo, Soekarno, Agus Salim, dan sebagainya lahir dari dunia pendidikan."Pengaruh pendidikan pada masa perjuangan membuka kesadaran kaum terpelajar untuk bangkit dari keterpurukan sebagai bangsa yang terjajah," ujar salah satu tokoh nasional DPR RI. Meski awalnya Belanda hanya membuka sekolah-sekolah bagi golongan bangsawan dan mampu, tetapi justru dimanfaatkan oleh golongan elit Indonesia untuk mengubah nasib bangsanya."Oleh karena itu, momentum hari Kebangkitan Nasional tahun ini harus dijadikan inspirasi bagi Pemerintah untuk memajukan bangsa melalui pendidikan," ujarnya. Pemerintah perlu membuat akselerasi kebijakan dalam bidang pendidikan untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang maju dan beradab terbebas dari korupsi yang menggerogoti bangsa ini.Akselerasi kebijakan pendidikan itu harus dilakukan pemerintah dengan keberanian melakukan investasi yang optimal melalui pemberian akses seluas-luasnya bagi setiap warga negara untuk menikmati pendidikan mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD) sampai di bangku perguruan tinggi. Jika pemerintah benar-benar serius ingin menjadikan Indonesia sebagai negara yang maju dan beradab, pemerintah harus menjadikan pendidikan sebagai kebijakan yang bersifat menyeluruh, tidak diskriminatif, dan harus dapat dinikmati oleh setiap warga negara Indonesia. "Pemerintah harus membiayai penyelenggaraan pendidikan sesuai yang ditekankan dalam UUD 1945. Tak cukup hanya dengan memulai program wajib belajar 12 tahun, tetapi juga harus dapat menekan biaya kuliah di perguruan tinggi yang sampai sekarang belum bisa terjangkau oleh sebagian besar masyarakat Indonesia," tandas politisi PKS mengutip harian kompas. Alih-alih bangkit, kehidupan dan nasib rakyat malah semakin terpuruk. Disaat yang sama para pejabat berlaku hidup mewah dan menghambur-hamburkan uang negara, sehingga korupsi menjadi aktivitasyang biasa dilakukan oleh pejabat negeri ini. Karena itu,tidak aneh kalau begitu banyak julukan ‘hitam’ untuk negeri. Ada yang mengatakan the failed state (negara gagal), the vampire state (negara drakula penghisap darah rakyat), the envelope country (negara amplop), negeri sejuta markus dan julukan-julukan menyedihkan lainnya. Secara emosional kita tentu marah dijuluki demikian, tapi fakta memang menunjukkan demikian. Kasus terakhir lihatlah kejahatan wisma atlet yang terus menjadi bola liar dan menyentuh pejabat pejabat teras negeri ini. Demikianjugakasus Century yang sangatsistematis belum terang benerang.Bahkanhampir melibatkan seluruh penegak hukum; mulai dari kepolisian, kehakiman, jaksa, hingga pengacara.Tidak hanya di pusat didaerah penulis juga mengalami penyakit yang sama tidak di Banjarnegara, Purbalinggapun demikian kasus Puspahastama sampai sekarang aparat tamapak tutup mata. Kasus Sobirin yang melaporkan ada sistemik korupsi berjamaah juga mengendap. Sejarah telah berlalu namun makna kebangkitan masa lalu seyognya kita maknai dengan kebangkitan untuk melakukan pendidikan pencerahan melawan korupsi yang sudah menggurita sekarang ini. Aksi beberapa mahasiswa dibeberapa daerah untuk memperingati hari kebangkitan harus benar -benar bebas dari kepentingan politis segelintir orang dan kelompoknya namun benar-benar untuk kepentingan nasionalisme NKRI yang didengungkan Budi Utomo dan kawan -kawannya waktu itu. Ketika pemerintah dengan berapi-api mengatakan NKRI harga mati, tapilihat, faktanya mereka menjual hasil alam Negara. 90% dari total produksi minyak Indonesia dikuasai asing, yakni Total (30%), ExxonMobil (17%), Vico (BP-Eni joint venture, 11%), ConociPhilips (11%), BP (6%), dan Chevron (4%) (kementerian ESDM, 2008). Hutan Indonesia menghasilkan sekitar 80 triliun setiap tahun tetapi hanya 17% masuk kas Negara dan sisanya ke kantong HPH (Kompas, 2001). Perusakan Alam menjadi saksinya, dalam 1 menit perusakan hutan terjadi seluas 5 kali luas lapangan sepak bola (kompas, 2008). Di Bumi Papua, kekayaan tambang emasnya setiap tahun menghasilkan uang sebesar Rp 40 triliun. Sayangnya, kekayaan tersebut 90%-nya dinikmati perusahaan asing (PT Freeport) yang sudah lebih dari 40 tahun menguasai tambang ini. Wajarlah jika gaji seorang CEO PT Freeport Indonesia mencapai sekitar Rp 432 miliar pertahun (=Rp 36 miliar perbulan atau rata-rata Rp 1.4 miliar perhari). Padahal, rakyat Papua sendiri hingga saat ini hanya berpenghasilan Rp 2 juta saja pertahun (=Rp 167 ribu perbulan). Pemerintah Indonesia pun hanya mendapatkan royalti dan pajak yang tak seberapa dari penghasilan PT Freeport yang luar biasa itu (Jatam.org, 30/3/07). Di Kaltim, batubara diproduksi sebanyak 52 juta meter kubik pertahun; emas 16.8 ton pertahun; perak 14 ton pertahun; gas alam 1.650 miliar meter kubik pertahun (2005); minyak bumi 79.7 Juta barel pertahun, dengan sisa cadangan masih sekitar 1.3 miliar barel. Namun, dari sekitar 2.5 juta penduduk Kaltim, sekitar 313.040 orang (12.4 persen) tergolong miskin.Di Aceh, cadangan gasnya mencapai 17.1 tiliun kaki kubik. Namun, Aceh menempati urutan ke-4 sebagai daerah termiskin di Indonesia, dengan jumlah penduduk miskinnya sekitar 28.5 persen. HasilTotalnya,menurut data Bank Dunia100 Juta atau kurang lebih 50% penduduk Indonesia hidup di garis kemiskinan dengan standar kemiskinan US$ 2per hari (MI, 2006). Akhirnya, kekayaan yang berlimpah di Indonesia hanya dinikmati segelintir orang.Semua ini menghantarkan kita pada satu kesimpulan bahwa sepanjang sejarahnya Indonesia tidak pernah bangkit, lalu hari kebangkitan siapa yang di peringati setiap tahunnya oleh bangsa ini? Tapi, bukan tidak mungkin negeri ini dapat bangkit dikemudian hari, hanya saja itu akan terjadi jikad iterapkannya hukum yang Maha Adil. Nasionalisme pendidikan maupun budaya seyogyanya dileburkan dalam perjuangan melawan koruptor, budaya instans yang menggerogoti bangsa ini dari kesengsaraan harus di usut tuntas, persatuan dan kesatuan tetap dikedepankan, politik amburadur di hilangkan dari muka bumi NKRI, kebangkitan hari ini kebangkitan generasi muda melawan koruptor demi Kesejakteraan Indonseia MERDEKA. Kebangkitan 104 tahun Indonesia Bangkit melawan koruptor yang menggurita dengan penegakan hukum adil menerapkan syariat islam secara total (HARMONO Pemimpin Redaksi Media Online Berita Perwira.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar